Ulang tahun dan
bertambah umur, ataupun berkurangnya umur seseorang di dunia adalah peristiwa
rutin yang akan terjadi di setiap tahunnya hingga berulang kali. Umur manusia
akan terus berlanjut sampai dengan masa edar si manusia itu sendiri telah
habis, alias maut telah menjemput. Dalam hal ini, bertambah dengan berkurang
itu adalah hal yang berbeda, meski dalam hal ini maknanya sama. Untuk makna
bertambah. Bertambah itu sendiri berarti sesuatu hal menjadi bertambah, dan
untuk hal ini (dunia) seakan-akan kita hidup lama atau panjang umur. Padahal,
jika kita lebih jauh memahami hal itu, bahwasanya kita semakin dekat dengan
akhirat, ajal / kematian akan segera kita songsong, dan ini lah makna dari
berkurangnya umur kita.
Merayakan ulang tahun
itu sendiri sesungguhnya tidak ada dalam masa Nabi saw. Untuk boleh atau
tidaknya merayakan ulang tahun, tidak disinggung secara langsung dalam
dalil-dalil syari, dan tidak ada ayat Al-Quran atau hadits Nabawi yang
memerintahkan kita untuk merayakan ulang tahun. Sebaliknya, juga tidak pernah
ada larangan yang bersifat secara langsung untuk melarang hal tersebut.
Mungkin, pakem yang harus / wajib kita pakai ada 2, yaitu sebagai berikut :
1. Nabi saw. tidak
pernah mengajarkan untuk merayakan ulang tahun, seperti arti hadits dibawah ini
:
Saya terutus kepada
kalian sedang kalian (dulunya) mempunyai dua hari raya yang kalian bermain di
dalamnya pada masa jahiliyah, dan sungguh Allah telah mengganti keduanya untuk
kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, (yaitu) hari Nahr (idul Adh-ha) dan
hari Fithr (idul Fithri). (HR. An-Nasa`i (3/179/5918) dan
dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 4460)
Maka, hadits ini menegaskan bahwa hari raya tahunan (ulang tahun) yang diakui
dalam Islam hanyalah hari raya idul fithri dan idul adh-ha.
2. Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari
mereka. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani
dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384).
Untukku di keluargaku sendiri ulang tahun tidak pernah dirayakan seperti halnya
pada umumnya kebanyakan orang. Ulang tahun itu sendiri dilewati sama halnya
seperti hari-hari biasanya dan tidak ada yang istimewa atau spesial. Mungkin,
jika ulang tahun kita tiba, ada baiknya kita merenung kembali apakah diri kita
telah menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan umur sebelumnya, dalam
artian apakah kita sudah lebih dulu mengutamakan kepentingan akhirat daripada
dunia. Ada baiknya juga ketika kita mempunyai dana yang lebih, kita lebih
mengutamakan berbagi kepada orang-orang yang tidak mampu (miskin), anak
yatim-piatu, atau orang jompo, dibandingkan dengan hanya menghamburkan banyak
uang untuk pesta besar atau kecil, meskipun itu adalah uangmu sendiri. Bukankah
realita yang ada adalah seperti ini Ini uang-uangku, terserah ingin aku apakan.
Memang, itu adalah uangmu, namun alangkah baiknya jika kita mampu mengukur
kehidupan kita dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Dalam artian, tak
pantas rasanya berfoya-foya, padahal di sekitar kekurangan atau bahkan mungkin
misalkan telah terjadi musibah / bencana sehingga apa yang mereka miliki habis
tak tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar