Sabtu, 30 Maret 2013

Ulang Tahun Menurut Agama

Ulang tahun dan bertambah umur, ataupun berkurangnya umur seseorang di dunia adalah peristiwa rutin yang akan terjadi di setiap tahunnya hingga berulang kali. Umur manusia akan terus berlanjut sampai dengan masa edar si manusia itu sendiri telah habis, alias maut telah menjemput. Dalam hal ini, bertambah dengan berkurang itu adalah hal yang berbeda, meski dalam hal ini maknanya sama. Untuk makna bertambah. Bertambah itu sendiri berarti sesuatu hal menjadi bertambah, dan untuk hal ini (dunia) seakan-akan kita hidup lama atau panjang umur. Padahal, jika kita lebih jauh memahami hal itu, bahwasanya kita semakin dekat dengan akhirat, ajal / kematian akan segera kita songsong, dan ini lah makna dari berkurangnya umur kita.
Merayakan ulang tahun itu sendiri sesungguhnya tidak ada dalam masa Nabi saw. Untuk boleh atau tidaknya merayakan ulang tahun, tidak disinggung secara langsung dalam dalil-dalil syari, dan tidak ada ayat Al-Quran atau hadits Nabawi yang memerintahkan kita untuk merayakan ulang tahun. Sebaliknya, juga tidak pernah ada larangan yang bersifat secara langsung untuk melarang hal tersebut. Mungkin, pakem yang harus / wajib kita pakai ada 2, yaitu sebagai berikut :
1. Nabi saw. tidak pernah mengajarkan untuk merayakan ulang tahun, seperti arti hadits dibawah ini :
Saya terutus kepada kalian sedang kalian (dulunya) mempunyai dua hari raya yang kalian bermain di dalamnya pada masa jahiliyah, dan sungguh Allah telah mengganti keduanya untuk kalian dengan yang lebih baik dari keduanya, (yaitu) hari Nahr (idul Adh-ha) dan hari Fithr (idul Fithri). (HR. An-Nasa`i (3/179/5918) dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami no. 4460)

Maka, hadits ini menegaskan bahwa hari raya tahunan (ulang tahun) yang diakui dalam Islam hanyalah hari raya idul fithri dan idul adh-ha.

2.  Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk dari mereka. (HR. Abu Daud no. 4031 dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah (1/676) dan Al-Irwa` no. 2384).
Untukku di keluargaku sendiri ulang tahun tidak pernah dirayakan seperti halnya pada umumnya kebanyakan orang. Ulang tahun itu sendiri dilewati sama halnya seperti hari-hari biasanya dan tidak ada yang istimewa atau spesial. Mungkin, jika ulang tahun kita tiba, ada baiknya kita merenung kembali apakah diri kita telah menjadi pribadi yang lebih baik dibandingkan umur sebelumnya, dalam artian apakah kita sudah lebih dulu mengutamakan kepentingan akhirat daripada dunia. Ada baiknya juga ketika kita mempunyai dana yang lebih, kita lebih mengutamakan berbagi kepada orang-orang yang tidak mampu (miskin), anak yatim-piatu, atau orang jompo, dibandingkan dengan hanya menghamburkan banyak uang untuk pesta besar atau kecil, meskipun itu adalah uangmu sendiri. Bukankah realita yang ada adalah seperti ini Ini uang-uangku, terserah ingin aku apakan. Memang, itu adalah uangmu, namun alangkah baiknya jika kita mampu mengukur kehidupan kita dengan apa yang terjadi di sekitar kita. Dalam artian, tak pantas rasanya berfoya-foya, padahal di sekitar kekurangan atau bahkan mungkin misalkan telah terjadi musibah / bencana sehingga apa yang mereka miliki habis tak tersisa.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar